Saturday, May 21, 2016

Resensi Buku: Protokol Hujan

Judul: Protokol Hujan
Penulis: Arco Transep
Penerbit: Indie Book Corner
Tahun Terbit: 2016
Genre: Kumpulan Puisi
Dimensi: 100 halaman, 19,5 cm
ISBN: 968-602-3091-41-3






Setelah bertahun-tahun menggeluti dunia kepenulisan, akhirnya Arco Transep hadir dengan kumpulan puisi pertamanya, Protokol Hujan. Protokol hujan adalah kumpulan puisi Arco dalam rentang waktu 2009 hingga 2015, setelah sebelumnya banyak karyanya yang dimuat berbagai media cetak secara terpisah.

Arco adalah orang yang peka dan berhasil menggambarkan segala rasanya melalui kata. Arco cerdas memilih kata, sederhana dan mengena. Seperti teriakan hati yang secara teratur keluar satu per satu minta dibaca, dan ya, terbaca. Sangat jelas. Puisi-puisi Arco menggambarkan perpisahan, kenangan, kehilangan, dan kepulangan. Saat membaca puisi-puisi Arco, saya kadang terhenti dan membaca ulang lagi dari awal karena ingin meresapi perasaan yang tiba-tiba datang di tengah maupun akhir puisinya.


Suatu hari aku ingin pergi ke gunung-gunung yang pasrah menerima lelah.
Mungkin ke hutan-hutan yang membuat tenang.
Atau mungkin ke pantai-pantai yang tak menolak dideru air-air asin yang dibawa lautan.

Suatu hari aku ingin pergi, tanpa meninggalkan jejak raut di ingatanmu.
Mungkin air mata yang membuatmu menyesali kehilangan kehilangan berkali-kali.
Atau mungkin diam-diam beranjak sebelum kau berharap pagi dan aku tetap di sampingmu.

Suatu hari aku ingin kita pergi tanpa sepatah kata, tanpa puisi yang akan kau baca saat sunyi, juga tanpa nyeri yang membuat matamu perih dan masuk angin.
Sebab, suatu hari kita akan berpapasan dan takkan saling mengenali.

Jejak Kepulangan - Arco Transep

Endorsement:
Dalam puisi-puisi di buku ini, kita bisa melihat Arco seolah selalu sensitif dengan segala hal. Apa yang ia lihat, ia rasakan, semuanya ia jahit dalam kata-katanya. Arco seolah memiliki indra yang peka. Ia merasakan desir angin, membaca berita cuaca, memendam dan menyatukannya dengan apa yang ia rasakan, lalu menulisnya dengan hati-hati sebagai puisi. Kalimat-kalimatnya sederhana dan lugas, ia tak kewalahan dengan beban bahasa. Rasanya semua bekal sensitifitas itu sudah cukup sebaga bekalnya berjalan di jalan kepenyairan.
~ Irwan Bajang, Penulis Buku Puisi Kepulangan Kelima.

Puisi selalu dibentuk dari perhatian. Dan perhatian memerlukan kepekaan yang cukup untuk dapat melihat kebanyakan yang luput dilihat. Kepekaan itu pun harus dibarengi dengan keterampilan bahasa yang butuh terus diasah, bak sebuah pisau, lebih tajam lebih dapat menusuk hingga ke dalam. Harko memiliki kepekaan itu dan dalam kumpulan puisi ini, kita dapat melihat cara Harko mengasah pisaunya.
~ Pringadi Abdi Surya, Penyair dan Penulis Novel 4 Musim Cinta.

Seperti memaknai tujuan perjalanan, membaca "Protokol Hujan", ada yang menancapkan mantra dalam-dalam ke liang ingatan; bahwa kilometer adalah nol, namun seakan ada pula yang mengulurkan tangan, hendak mengajak kembali bertamasya ke masa lampau. Harko Transep tahu betul cara menuliskan jejak hati di setiap halaman bukunya. Selamat merayakan kepulangan, kumpulan puisi yang menyenangkan!
~ Delbin Clyte, Novelis dan Penulis Skenario.

Ada puisi yang lancar dituliskan, namun ada juga pengalaman batin yang sukar diungkapkan. Demikianlah penyair belajar dan terus belajar untuk menyampaikan apa yang ingin disampaikan. Hingga puisi sampai kepadamu.
~ Nanang Suryadi, Penyair dan Dosen Universitas Brawijaya.

***

Setelah pertama kalinya launching di Jogja bersama Indie Book Corner dalam "Bincang Buku & Baca Puisi Protokol Hujan" pada 6 Mei lalu, kini giliran Palembang yang akan menyambut dalam "Malam Puisi Protokol Hujan". Malam ini.


Malam Puisi Palembang ke-31 akan hadir

.
"PROTOKOL HUJAN"

Peluncuran, Pembacaan dan Bedah buku puisi milik Arco Transept

Sabtu, 21 Mei 2016
19.00
Di Gowes Chat And Fun


Datang, Dengar dan Bacakan Puisimu!
Sampai bertemu.




No comments:

Post a Comment